Selasa, 06 Juli 2010

Antara Nasdem dan Nasgor

Nasgor,- pasti kita semua pernah merasakan. Setelah lapar dan tidak punya pilihan makan, atau rumitnya mengatasi persoalan perut lapar,- kita (mungkin) aka memilih nasi yang di goreng, dicampur telor, dicampur kecap dan sedikit saus,-jadilah nasgor,- jargon dari nasi goreng, Sementara kini kita disodori lagi,- satu pilihan bernama NASDEM, jargon dari Nasional Demokrat.

Tokoh sentral dari ormas baru ini adalah Surya Paloh,- dan suda bergabung pula Sultan Hamengku Buwono X, Syamsul Mu’arif, dan Ferry Mursyidan Baldan. Sepertinya Rustriningsih,- wakil gubernur Jawa Tengah yang dikenal sebagai tokoh perempuan dari PDI-P juga mulai mendekat. Ada apa dengan Nasdem ?

dr Beni Utomo, Samuel Nitisaputra, Franky Sahilatua, dan Melky Lakalena melengkapi gerakan ini. Mungkin karena pemilu masih lama,- saat ini cukup sebagai ormas dulu,- setelah belajar dan merebut simpati masaa jadilah partai,- yang nantinya siap untuk bersaing dengan partai yang pimpin oleh Anas, partai yang dipimpin Bakrie, partai yang dipumpin Megawati sekalipun. Karena gerakan ormas Nasional Demoktrat sepertinya tidak terbendung lagi. Jaringan Surya Paloh yang memiliki Stasiun TV dan Media Indonesia sepertinya memiliki kekuatan besar untuk mengimformasikan semua sepak terjang ormas berdiri pada Februari 2010 ini.

Elit politik mulai menyusun strategi,- ada yang secara terang-terangan mengecilkan,- mungkin meremehkan sepak terjang dari Nasdem, ada yang mulai gelisa,- jika kaum nasionalis, dan pengikut demokrasi,- juga pengikut demokrat berpaling,- ini pasti menjadi satu kekuatan besar bagi Nasdem.

Tapi kita masih harus menunggu, beberapa pentolan yang merasa di tinggalkan oleh Demokrat dalam kepengurusan yamg saat ini masih di tangan SBY, untuk bergabung. Agaknya jalan panjang Surya Paloh bersama Sultan Jogja masih harus kita tunggu.

Sementara ini kalau perut kita lapar,- mari kita pilih nasgor dulu. Sambil kita melihat peluang pembaharuan atau tawaran perubahan dari Nasdem. Tentunya bukan hanya retorika dari ajaran sakit dari ketidakpuasan sebuah persoalan bernama ego.